BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
dikenal sebagai penyakit guna atau kencing manis. Diabetes ini merupakan
penyakit serius dan paling sering terjadi dan diderita. Banyaknya penderita
diabetes dikarenakan gaya hidup masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup
sehat, seperti mengkonsumsi gizi seimbang dan berolahraga yang cukup.
Diabetes merupakan penyakit dimana
kadar gula dalam darah seseorang melebihi batas normal sehingga seseorang harus
mengontrol dan diet makanan agar kadar gula tetap normal dan tidak menimbulkan
komplikasi. Jika penderita diabetes tidak mampu mengontrol kadar gula dalam
darah dapat terjadi komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan
dan bahkan harus menjalani amputasi jika ada anggota badan yang menderita luka
yang tak kunjung sembuh.
Menurut survei organisasi kesehatan
sedunia (WHO) terjadi peningkatan jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada
tahun 1981 menjadi 5,7 persen pada tahun 1993. Jumlah penderita DM di Indonesia
sekitar 17 Juta orang (816 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan
terbesar ke-4 setelah India, Cina dan Amerika Serikat (AS).
International Diabetic Federation
(IDF) mengestimasikan bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas
menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi
8,2 juta pada 2020, sedang survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa
dan Bali menderita DM. Data Depkes menyebutkan jumlah penderita DM yang
menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari
keseluruhan pasien penyakit dalam (Health, Kami s9 Juni 2005).
Masalah ini akan membawa dampak yang
besar baik terhadap penderita, keluarga karena memerlukan perawatan yang lama,
biaya yang tidak sedikit dan resiko terjadinya gangren dan amputasi yang cukup
besar. Karena itu diperlukan penanganan yang baik terhadap penyakit ini.
Peran perawat profesional sangat
diperlukan untuk membantu dan memberikan pelayanan dan perawatan sebaik mungkin
untuk mencapai kondisi yang optimal dengan memberikan penyuluhan tentang
pengontrolan agar kadar gula darah tetap stabil, yaitu dengan diit, aktivitas
dan latihan serta obat. Pada pasien dengan DM perawatan tidak hanya terhadap
penyakitnya tapi jika perlu memberikan perhatian pada status psikologis dan
emosi penderita.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Menambah dan memperdalam
pengetahuan tentang proses perawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus.
2.
Mengamati dan menerapkan asuhan
keperawatan secara nyata pada pasien dengan DM.
3.
Meningkatkan kemampuan perawat
dalam menjalin hubungan yang terapeutik dengan pasien dan keluarga.
C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
- Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku
referensi yang berhubungan dengan DM.
- Internet
Yaitu mengambil bahan-bahan dan
data yang berhubungan dengan DM.
- Studi kasus
Yaitu dengan melakukan pengamatan
langsung kepada klien dengan Post op Debridement atas indikasi Ulcus
Diabeticum.
- Wawancara langsung
Melakukan wawancara pada klien
dengan Post Debridement yang disebabkan karena Ulcus Diabeticum.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan
kata pengantar, daftar isi kemudian dilanjutkan dengan Bab I, yaitu:
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan, lalu Bab II yaitu tinjauan teoritis yang terdiri dari
konsep medik (berupa definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi dan pengelolaan medik)
dan konsep asuhan keperawatan (berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan perencanaan pulang) serta patoflowdiagram. Kemudian dilakukan
dengan Bab II, yaitu pengamatan kasus yang berisi pengkajian, analisa data,
rumusan diagnosa keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan,
lalu Bab IV pembahasan kasus, Bab V Kesimpulan dan diakhiri dengan daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
- Definisi
·
Diabetes Mellitus merupakan
suatu sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan dan
penggunaan insulin (Joyce M. Black, Medical Surgical Nursing, 1998, hal 1775)
·
Diabetes Mellitus adalah
sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara khusus ditandai
dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia
(Lewis, 2000, Medical Surgical Nursing, 2000, hal 1367).
·
Ulcus adalah kerusakan bentuk
jaringan yang disebabkan karena nekrosis jaringan, termasuk kehilangan bagian
dermis (Luckmann and Sorensen’s, Medical Surgical Nursing, hal 1738).
- Klasifikasi
Menurut American Diabetic Association
(ADA) tahun 1997.
a.
DM Tipe I (IDDM/Insulin
Dependent Diabetes Mellitus).
Yaitu
diabetes yang tergantung insulin dimana sel-sel b pankreas yang memproduksi insulin yang dalam keadaan normal
dihancurkan oleh suatu proses autoimun, sehingga glukosa yang harusnya
ditangkap oleh sel untuk dimetabolisme tidak dapat masuk karena tidak ada
insulin.
Dapat
terjadi pada semua usia, bila terjadi pada anak-anak sering disebut dengan istilah
Juvenille diabetes. DM tipe ini BB klien biasanya turun, klien telah mengalami
tanda dan gejala yang berhubungan dengan insulinopenia (kekurangan insulin)
sebelum usia 30 tahun. Biasanya pada pemeriksaan urine akan didapat hasil keton
positif terkandung dalam urine, dan glukosa positif. Klien sangat tergantung
pada terapi insulin untuk dapat tetap hidup, karena bila tidak klien akan
sangat beresiko untuk terjadinya ketoasidosis.
b.
DM Tipe II (NIDDM/Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)
Pankreas
kurang mampu mensintesa dan melepaskan insulin jumlah sekresi insulin mencukupi
tetapi jumlah yang disekresi tidak seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan,
situasi ini menyebabkan produksi insulin menurun. Biasanya diagnosa ditemukan
pada klien usia lebih dari 30 tahun, kadar dengan obesitas, pada kasus DM tipe
ini umumnya tidak terjadi ketoasidosis. Walaupun tidak tergantung pada tambahan
insulin dari luar, namun klien mungkin memerlukannya untuk mempertahankan kadar
gula darah yang adekuat. Pada kasus ini biasanya terjadi resistensi terhadap
kerja insulin normal, karena interaksi insulin dengan reseptor insulin pada sel
kurang efektif, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
c.
Gangguan toleransi glukosa
Kadar
glukosa dalam darah lebih tinggi daripada normal tetapi bukan untuk menegakkan
diagnosa DM. Perubahan glukosa dalam 2 hari gula darah > 140 mg/dl
dan < 200 mg/dl.
d.
Gangguan glukosa darah puasa
Glukosa
darah puasa > 110 mg/dl dan < 126 mg/dl.
e.
Gestational DM
Merupakan
intoleransi glukosa yang mulai timbul/diketahui sewaktu pasien hamil, karena
terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai penuh metaboliknya
terhadap toleransi glukosa. Pasien-pasien yang mempunyai predisposisi diabetes
mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis
diabetes pada kehamilan.
- Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan salah satu
bagian dari sistem endokrin yang terletak di abdomen bagian tengah dan di
belakang lambung, di depan betgrae lumbal pertama (L1), panjangnya kira-kira 15
cm, lebar 6 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, beratnya 60-90 gram terdiri 3
bagian:
a.
Kepala pankreas (kaput)
terletak di sebelah kanan abdomen di dalam pada bagian cekung duodenum.
b.
Badan pankreas (korpus)
merupakan bagian utama pankreas yang terletak di belakang lambung di depan
vertebra lumbalis pertama.
c.
Bagian ekor (kauda) merupakan
bagian runcing yang terletak di sebelah kiri abdomen dan menyentuh limpa.
Pankreas merupakan kelenjar kompleks
tubulo alveolar, secara keseluruhan pankreas menyerupai setangkai anggur. Cabang-cabangnya
merupakan saluran bermuara pada duktus pankreaticus utama menjadi ductus
koleductus yang diteruskan ke duodenum di bawah pilorus pancreatus disebut juga
sebagai organ lengkap yang mempunyai 2 fungsi yaitu:
-
Fungsi eksokrin yang mensekresi
enzim pancreatin untuk pencernaan
-
Fungsi endokrin mempunyai 3
jenis sel antara lain:
1)
Sel a (alpha) : mensekresi glukagon untuk meningkatkan glukosa darah.
2)
Sel b (beta) : mensekresi insulin yakni hormon insulin untuk mengatur
metabolisme protein, lemak, karbohidrat dengan cara meningkatkan permeabilitas
sel, yang diberikan dengan suatu reseptor tertentu pada membran sel, sehingga
karbohidrat, protein, dan lemak dapat masuk ke dalam sel.
3)
Sel D (delta) : mensekresi somastatin dan gastrin.
Sel b
langerhans akan mengeluarkan hormon insulin yang berfungsi:
-
Menghentikan pemecahan glikogen
menjadi glukosa.
-
Memacu glukosa masuk ke dalam
sel.
-
Memacu enzim yang mengubah
glukosa menjadi glikoden dan lemak.
Sedangkan sel a
mengeluarkan glukosa yang bekerja kebalikan dengan insulin. Glukagon berfungsi
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa (glukogenolisis) dan
meningkatkan proses glukoneogenesis.
Pada orang dengan metabolisme normal
mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 70-110 mg/dl. Pada orang non
diabetik glukosa dapat meningkat antara 120-140 mg/dl setelah makan. Namun hal
ini akan kembali normal dengan cepat. Glukosa yang lebih akan disimpan dalam
bentuk glikogen di hati dan di otoot. ( Diambil dari: Donna
Ignatavicius,Medical Surgical Nursing )
- Etiologi
a.
DM tipe I (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus/IDDM)
Pada
kasus ini : faktor genetik, autoimun dan lingkungan dijadikan sebagai etiologi
utama.
·
Faktor genetik
Pada
pemeriksaan kromosom DNA pasien dengan DM tipe I akan ditemukan adanya HLA-DR3
dan HLA-DR4, karena HLA merupakan penanda (marker) yang terdapat dalam tubuh
apakah seseorang mempunyai penyakit keturunan yang dibawa/tidak.
·
Faktor autoimun
Terjadi
respon abnormal antibodi yang terjadi pada sel-sel pankreas dimana tubuh
mengeluarkan antibodi untuk menyerang sel-sel yang dianggap asing, padahal sel
yang diserang tersebut merupakan sel normal tubuh sendiri.
·
Faktor lingkungan
Virus
yang menyerang pankreas dapat mengakibatkan pankreas tidak mampu untuk
menjalankan tugasnya.
b.
DM Tipe II (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM)
-
Usia
-
Obesitas
-
Kurang aktivitas
-
Gaya hidup
-
stress
- Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang
dihasilkan oleh sel beta pada pulau langerhans di pankreas. DM tipe I (IDDM)
adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala
yang pada akhirnya menuju pada proses bertahap kerusakan. Gejala kerusakan
imunologik sel-sel yang memproduksi insulin yaitu kerusakan sel langerhans
sehingga terjadi penurunan sekresi/defisiensi insulin sehingga metabolisme
insulin menjadi terganggu. Dan pada DM tipe II (NIDDM) disebabkan oleh faktor
genetik, obesitas, stres, faktor lingkungan, gaya hidup dan kurang aktivitas,
hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel sehingga terjadilah hiperglikemia.
Keadaan hiperglikemia menyebutkan
tekanan ekstrasel meningkat, peningkatan tekanan ini menyebutkan cairan dari
intrasel ditarik ke dalam dan gangguan reabsorbsi pada ginjal sehingga
kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang ginjal (yang normalnya adalah 125
ml/menit atau 180 liter/hari) dan akan tampak glukosuria, glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urine yang disertai dengan pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan, hal ini disebut diuresis osmotik oleh karena
itu maka penderita akan merasa haus (polidipsi), dan banyak kencing (poliuria).
Akibat fatal dari diuresis osmotik yaitu terjadi dehidrasi yang berlanjut
dengan hipovolemik syok. Bila sudah terjadi dehidrasi akan timbul gejala antara
lain kekurangan volume cairan, peningkatan suhu tubuh dan gangguan elektrolit.
Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kejang, koma dan berakhir dengan
kematian.
Karena sudah tidak menerima glukosa
menyebabkan sel menjadi lapar dan terjadi poliphagia (banyak makan). Hal ini
akan tetap berlangsung sampai jumlah insulin yang tersedia adekuat untuk
membawa glukosa ke dalam sel. Saat sel tidak bisa mengambil glukosa sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan energi, cara lain yang dilakukan untuk
menghasilkan energi salah satunya adalah dengan glikoneogenesis dengan
mengoksidasi lemak. Dan pemecahan lemak ini sendiri pun tidak sempurna ditandai
dengan mual, muntah, BB menurun, nyeri abdomen dan nafas bau aseton. Akibat
dari pemecahan tidak sempurna maka asam lemak masuk ke dalam hati dan terjadi
pembentukan badan keton yang mengganggu keseimbangan asam. Selanjutnya terjadi
ketoasidosis yang menyebabkan koma, mengantuk, hiperventilasi yang merupakan
usaha tubuh untuk mengatasi asidosis metabolik.
Pemecahan lemak akan menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas dan dapat menimbulkan aterosklerosis yang
memvasokonstriksi pembuluh darah yang membuat tahanan perifer meningkat,
akhirnya terjadi peningkatan TD. Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi dapat mencetuskan hilangnya fungsi nefrin dan terjadi insufisiensi dengan akibat yang timbul berupa penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit arteri koroner dan penyakit-penyakit vaskuler perifer. Aterosklerosis ini pun menyebabkan kerusakan pada pembuluh-pembuluh darah kapiler sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan: nefropati, retinodiabetik neuropati sehingga terjadi perubahan pada ekstremitas bawah yang disebabkan oleh hilangnya fungsi saraf sensori. Akibat lain yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya sirkulasi oksigen dan ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren.
- Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang khas dari
Diabetes Mellitus antara lain:
a.
Polidipsi: cenderung merasa
haus.
b.
Poliuria: frekuensi dan jumlah
kencing berlebihan terutama pada malam hari.
c.
Poliphagia: makan yang sering
dan banyak
Tanda gejala yang lain adalah:
d.
Kelelahan, kelemahan
e.
Kesemutan, baal
f.
Penurunan BB, mual, muntah
g.
Kelainan kulit, gatal-gatal
h.
Luka sukar sembuh
i.
Pandangan kabur
j.
Infeksi kulit.
- Test Diagnostik
a.
Pemeriksaan laboratorium: darah
Jenis-jenis pemeriksaan gula darah, yaitu:
1)
GDS (Gula darah sewaktu)
2)
NPP (Nuchter Post Prandial),
gula darah diperiksa 2 kali yaitu: sebelum dan sesudah dua jam setelah makan
dengan tujuan menegakkan diagnosa dan dilakukan pada klien yang sama sekali
belum diketahui adanya penyakit DM.
3)
KH (Kurve harian), gula darah
diperiksa sebanyak 3 kali yaitu sebelum makan jam 11.00 dan jam 16.00 yang
dilakukan secara periodik.
4)
GTT (Glukosa Toleransi Test),
sebelum pemeriksaan dilakukan klien melaksanakan diet 150 gram karbohidrat
perhari selama 3 hari. Jika GDS rendah, kemudian klien diberi minuman yang
mengandung glukosa sebanyak 75 gram dan 2 jam kemudian darah diambil. Seseorang
didiagnosa DM bila hasilnya > 200 mg/ul.
5)
Serum glukosa, bisa meningkat
6)
Keton plasma, biasanya (+)
7)
Elektrolit: sodium bisa naik
atau normal, potasium normal/turun, phospor biasanya turun.
8)
AGD: terdapat asidosis
metabolik yang dikompensasikan dengan nafas cepat (asidosis respiratori).
9)
Hb dan HT meningkat karena
diuresis dan dehidrasi.
b.
Pemeriksaan urine
1)
Ketonurine: adanya keton dalam
urine merupakan indikasi adanya ketoasidosis.
2)
Test fungsi ginjal: adanya
protein dalam urine merupakan indikasi terjadi perubahan mikrovaskuler pada
ginjal.
3)
Natrium dan kalium menurun
karena diuresis.
- Komplikasi
a.
Komplikasi akut
1)
Ketoasidosis diabetika
-
Pernafasan kusmaul (cepat dan
dalam)
-
Penurunan tingkat kesadaran
-
Pernafasan bau aseton
2)
Hipoglikemi: berkeringat, gemetar,
sakit kepala, palpitasi
3)
Hiperglikemia
b.
Komplikasi kronik
1)
Mikroangiopati/mikrovaskuler
·
Neuropati, sering terjadi
sebagai komplikasi dari diabetes, terjadi karena jaringan sudah tidak mendapat
suplai darah yang memadai, jaringan sudah tidak mendapat difusi nutrisi dan
oksigen. Ketika akson dan dendrit tidak mendapatkan makanan, maka transmisi
dari rangsang melambat. Pada penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami
neuropati yang mempengaruhi sistem saraf otonom dan perifer.
Pada keadaan ini terjadi gastroparesis yaitu motilitas
pencernaan yang lambat sehingga klien merasa penuh pada perut, kembung, diare,
inkontinensia dan impotensi pada laki-laki.
·
Nefropati
Salah satu akibat dari mikroangiopati ini adalah
terjadinya kerusakan dari glomerulus ginjal. Kerusakan dari glomerulus ini
mengakibatkan perubahan patologis yang kompleks. Adanya protein dalam urine
merupakan indikasi awal adanya penyakit pada ginjal.
·
Retinopati
Retina adalah salah satu struktur esensial dalam mata,
mempunyai kebutuhan oksigen yang tinggi dari jaringan lain dalam tubuh, jika
retina mengalami gangguan aliran darah dan oksigen maka dapat menyebabkan
kerusakan pada retina. Katarak juga dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya
hiperglikemi yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
2)
Makrovaskuler
·
Penyakit arteri koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner
menyebabkan peningkatan insiden infark miokard pada penderita diabetes. Pada
penyakit diabetes terdapat peningkatan kecenderungan untuk mengalami komplikasi
akibat infark miokard dan kecenderungan untuk mendapatkan serangan infark yang
kedua. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita oleh
pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas.
·
Penyakit serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral
atau pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem pembuluh darah sehingga
terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan iskemia sepintas (TIA
= Transient Ischemic Attack) dan stroke. Penyakit serebrovaskuler pada pasien
diabetes.
·
Penyakit vaskuler perifer
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insiden (dua atau tiga kali
lebih tinggi dibandingkan pada pasien-pasien non diabetes) penyakit oklusif
arteri perifer pada pasien-pasien diabetes. Tanda-tanda dan gejala penyakit
vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan
klandikasio (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
·
Perubahan ekstremitas bawah
Perubahan-perubahan makrovaskuler dan neuropati semuanya
menyebabkan perubahan-perubahan pada ekstremitas bawah. Perubahan yang terjadi
karena hilangnya fungsi saraf-saraf sensorik. Keadaan ini berperan dalam
terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang dapat menyebabkan
gangren.
- Penatalaksanaan Medik
a.
Aktivitas dan latihan yang
berfungsi
-
Menurunkan kadar gula dalam
darah akibat metabolisme yang meningkat.
-
Menurunkan B dan mempertahankan
BB dalam keadaan normal.
-
Mempermudah transportasi
glukosa untuk masuk ke dalam sel.
Yang perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas latihan
y aitu:
-
Jangan berolah raga bila kadar
gula darah rendah.
-
Jangan menggunakan sepatu yang
sempit
b.
Diit
-
Ditujukan untuk pengaturan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan setiap hari, jumlah kalori yang
dianjurkan tergantung pada kebutuhan tubuh untuk mempertahankan, mengurangi
atau mencegah obesitas atau menambah glukosa.
-
Menjaga BB yang wajar/stabil
c.
Obat
-
Insulin: pemberian dosis
insulin bervariasi sesuai dengan tinggi rendahnya gula darah, kebutuhan insulin
biasanya meningkat pada klien yang mengalami penyakit serius, mendapat injeksi.
-
Obat antidiabetik oral: tablet
diabetikum (obat golongan sulfonilerea, biquonid) tidak dapat dipakai pada
klien dengan IDDM.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
a.
Pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan.
Tipe I
: 1) Riwayat keluarga penderita DM
2) BB menurun
3) Gejala pertama kali muncul
4) Biasanya terjadi pada usia < 30 tahun
Tipe
II: 1) Riwayat keluarga penderita DM
2) Kemungkinan obesitas
3) Gejala yang muncul secara bertahap
4) Terjadi pada usia > 30 tahun
b.
Pola nutrisi metabolik
Tipe I
:- Polidipsi, polipagia, nausea
- Perut tegang, bising usus berkurang
- BB menurun
Tipe
II: - Polidipsi, polipagia
- Riwayat diet TKTP
- Luka sulit sembuh, infeksi kulit
c.
Pola eliminasi
Tipe I
:- Poliuria
- Dapat terjadi konstipasi/diare
- Iritasi perineum
Tipe
II: - Poliuria
- Konstipasi/diare
- Riwayat penggunaan obat diuretik
- Infeksi vagina, infeksi kulit
d.
Pola aktivitas dan latihan
Tipe I
:- Keluhan lemas, cepat lelah
- Riwayat latihan fisik tidak teratur
- Tachicardia, pingsan
Tipe
II: - Keluhan lemas bertahap dan cepat lelah
- Riwayat latihan fisik tidak teratur
e.
Pola tidur dan istirahat
Tipe I
dan tipe II: Gangguan tidur karena nocturia.
f.
Pola persepsi dan kognitif
Tipe I
: Pusing, hipotensi
Tipe
II: - Mengeluh gatal, akut UTI berulang, vaginitis berulang
- Penglihatan kabur
- Kram otot, kesemutan, nyeri abdomen
g.
Pola persepsi dan konsep diri
Tipe I dan II: -
Gangguan harga diri
- Gangguan peran
h.
Pola persen dan hubungan dengan
sesama
- Menjalin
hubungan dengan sesama di lignkungan.
i.
Pola reproduksi dan seksualitas
-
Impotensi, infeksi vagina
-
Libido menurun
j.
Pola mekanisme
-
Depresi
-
Stres
k.
Pola nilai dan kepercayaan
-
Ketekunan dalam beragama
- Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a.
Hiperglikemi berhubungan dengan
ketidakadekuatan insulin.
b.
Kurang volume dan cairan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotik.
c.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin, penurunan intake,
mual, muntah.
d.
Intoleransi beraktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
e.
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.
f.
Kecemasan berhubungan dengan
kondisi kesehatan, adanya ulkus, prosedur operasi dan kehilangan organ tubuh.
g.
Risti perubahan perfusi
jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tahanan pembuluh darah
perifer, aterosklerosis.
h.
Risti perubahan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang
disebabkan adanya aterosklerosis.
Post Operasi
a.
Risti hipoglikemi/hiperglikemi
berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin.
b.
Nyeri berhubungan dengan adanya
ulkus.
c.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya ulkus.
d.
Intoleransi beraktivitas
berhubungan dengan badan lemas, pusing, adanya ulkus.
e.
Risti terhadap infeksi
berhubungan dengan adanya ulkus, glukosa darah yang tinggi.
f.
Ketidakefektifan regimen
terapeutik tentang proses penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi.
- Rencana Keperawatan
Pre Operasi
a.
DP.1. Hiperglikemi berhubungan
dengan ketidakadekuatan insulin.
Hasil
yang diharapkan:
-
Tidak terjadi
hipoglikemi/hiperglikemi.
-
Kadar gula darah dalam batas
normal (GDS < 140).
Intervensi:
1)
Amati dan kaji tanda dan gejala
hipo/hiperglikemi: pucat, keringat dingin, sakit kepala, gemetaran.
Rasional: Reaksi insulin
dapat terjadi secara tiba-tiba yaitu hipo/hiperglikemi yang dapat berakibat
fatal.
2)
Kaji membran mukosa yang
kering, turgor kulit dan nyeri abdomen.
Rasional: Hiperglikemi akan
menyebabkan dehidrasi karena hiperosmolar.
3)
Monitor tingkat glukosa, kadar
aseton dalam urine dan catat berat jenis urine setiap hari.
Rasional: Untuk memonitor
respon tubuh pasien.
4)
Beri dan pertahankan pemberian
cairan melalui IV.
Rasional: Cairan sebagai
pengganti untuk mencegah peningkatan lebih lanjut kadar glukosa darah dan
mengganti sodium pada ketoasidosis.
5)
Beri terapi medik sesuai
program (insulin atau terapi oral).
Rasional: Insulin akan
meningkat pada sel yang menyebabkan penurunan glukoneogenesis.
6)
Kolaborasi cek gula darah
setiap pemberian insulin atau pada waktu sudah ditentukan.
Rasional: Sebagai
data/indikasi pemberian terapi.
b.
DP.2. Kurang volume dan cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Hasil
yang diharapkan:
Hidrasi
yang memadai yang ditandai dengan TTV stabil, turgor kulit baik, elastis,
mukosa lembab.
Intervensi:
1)
Monitor tanda-tanda vital,
perhatikan perubahan tekanan darah ostostatik.
Rasional: Hipovolemik dapat
diajukan dengan hipotensi dan takikardia.
2)
Kaji membran kulit/membran
mukosa dan pengisian kapiler.
Rasional: Mengetahui hidrasi
dan sirkulasi tubuh yang adekuat.
3)
Kaji riwayat yang berhubungan
dengan urine yang berlebihan.
Rasional: Menilai seluruh
kekurangan volume dan gejala.
4)
Monitor dan catat intake dan
output, cek keton dalam urine.
Rasional: Untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh.
5)
Pertahankan pemasukan cairan
2,5-3 liter/hari.
Rasional: Memenuhi status
cairan dalam tubuh.
6)
Kolaborasi dengan tim medik,
pemeriksaan serum elektrolit dan terapi cairan intravena.
Rasional: Mengidentifikasi
adanya kekurangan elektrolit dan sebagai pemenuhan cairan yang keluar, mencegah
terjadinya dehidrasi.
c.
DP.3. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin, penurunan
intake, mual, muntah.
Hasil
yang diharapkan:
-
Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi.
-
BB dalam batas normal,
kebutuhan kalori terpenuhi, hasil gula darah dalam batas normal.
Intervensi:
1)
Kaji pola makan (program diet
yang dijalankan).
Rasional: Menentukan
tindakan selanjutnya,
2)
Timbang BB setiap 1 minggu
sekali.
Rasional: Mengetahui jumlah
nutrisi yang baik.
3)
Pantau kadar gula darah.
Rasional: Mengetahui tanda
dini dan menghindari hipo/ hiperglikemi.
4)
Kaji dan catat keluhan mual
klien.
Rasional: Untuk mengetahui
tingkat nafsu makan klien.
5)
Kolabroasi dengan dokter untuk
pemberian terapi insulin.
Rasional: Untuk menurunkan
kadar gula darah.
6)
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional: Bermanfaat dalam
penghitungan dan penyesuaian diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
d.
DP.4. Intoleransi beraktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Hasil
yang diharapkan:
-
Klien dapat beraktivitas
kembali secara mandiri.
Intervensi:
1)
Kaji tanda-tanda vital: TD, N,
P, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Mengidentifikasi
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
2)
Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas daily living sesuai kemampuan.
Rasional: Meningkatkan harga
diri positif.
3)
Bantu klien dalam pemenuhan
ADL-nya dan dekatkan alat yang diperlukan oleh klien.
Rasional: ADL terpenuhi.
4)
Tingkatkan partisipasi klien
dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang ditoleransi.
Rasional: Tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang ditoleransi.
e.
DP.5. Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.
Hasil
yang diharapkan:
-
Tidak terjadi kerusakan
integritas lebih lanjut ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi dalam
waktu 1 minggu.
-
Tidak terjadi perlukaan baru.
Intervensi:
1)
Kaji kondisi kulit setiap hari.
Rasional: Untuk mengetahui
apakah terdapat kerusakan kulit (kering/pecah).
2)
Kaki dibersihkan dengan air
hangat dan sabun yang bersih.
Rasional: Melancarkan
sirkulasi dan mematikan kuman yang ada di kaki.
3)
Keringkan kaki khususnya di
sela jari, olesi lotion pada seluruh kaki kecuali di sela jari.
Rasional: Mencegah
terjadinya kekeringan di kulit.
4)
Letakkan bantal di bawah betis
sehingga kedua tumit dapat terangkat.
Rasional: Mencegah
terjadinya penekanan pada tumit.
5)
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat luka bila ada.
Rasional: Mempercepat
penyembuhan.
f.
DP.6. Kecemasan berhubungan
dengan kondisi kesehatan, adanya gangren, prosedur operasi dan kehilangan
anggota badan.
Hasil
yang diharapkan:
Klien
tampak rileks dan dapat mengungkapkan perasaannya.
Intervensi:
1)
Catat perilaku cenderung tidur,
mudah tersinggung, menolak, kontak mata berkurang, suka menuntut.
Rasional: Indikator tingkat
kecemasan/stres.
2)
Ciptakan suasana yang tenang
dan lingkungan yang mendukung untuk istirahat.
Rasional: Mengurangi
stressor baru dan mengurangi kecemasan.
3)
Tunjukkan sikap tenang.
Rasional: Dukungan yang
adekuat membantu klien merasa lepas dari stres sehingga menunjukkan proses
pemulihan.
4)
Kolaborasi dengan medik dengan
pemberian sedative.
Rasional: Menurunkan kecemasan.
g.
DP.7. Risti perubahan perfusi
jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tahanan pembuluh darah
perifer, aterosklerosis.
Hasil
yang diharapkan:
-
TD dan nadi dalam batas normal,
TD: 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt.
-
Akral hangat dan warna kulit
normal.
-
Pernafasan 12-20 x/menit.
-
Waktu kapiler refill kurang
dari 3 detik.
Intervensi:
1)
Monitor TTV: TD, N, P, HR,
gelisah, bingung, pucat, sianosis.
Rasional: Sebagai indikator
awal terjadinya penurunan perfusi jaringan sistematik.
2)
Ukur intake dan output, lapor
bila urin < 30 cc perjam.
Rasional: Penurunan urin
menandai adanya penurunan perfusi jaringan.
3)
Anjurkan klien untuk tirah
baring dan jelaskan pada klien manfaat dan pentingnya tirah baring.
Rasional: Mempertahankan
perfusi jaringan dengan baik.
4)
Berikan posisi semifowler.
Rasional: Pemenuhan O2
yang adekuat.
5)
Pantau data laboratorium,
contoh: AGD, BUN, kreatinin.
Rasional: Indikator
perfusi/fungsi organ.
6)
Berikan posisi semifowler.
Rasional: Memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit.
h.
DP.8. Risti perubahan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang
disebabkan adanya aterosklerosis.
Hasil
yang diharapkan:
-
Tekanan darah dalam batas
normal 120/80 mmHg.
-
Perfusi jaringan serebral
adekuat.
Intervensi:
1)
Observasi tanda-tanda vital
(TD, S, N, P).
Rasional: Hipertensi dapat
menjadi faktor pencetus dan perubahan tekanan darah.
2)
Kaji peningkatan tekanan
intrakranial dan kepatenan jalan nafas.
Rasional: Mengidentifikasi
kondisi pasien dan menunjukkan perubahan.
3)
Evaluasi pupil, catat ukuran,
bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional: Ukuran dan
kecemasan pupil ditentukan oleh keseimbangan antara persyarafan simpatis dan
parasimpatis. Respon terhadap refleks cahaya mengkoordinasikan fungsi dan
kranial optikus dan okulomatorius.
4)
Catat perubahan dalam
penglihatan seperti adanya gangguan lapang pandang.
Rasional: Gangguan lapang
pandang yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena.
5)
Cegah adanya/terjadinya
mengejan.
Rasional: Valsava manuver
dapat meningkatkan TIK dan memperberat risiko perdarahan.
6)
Pertahankan tirah baring,
ciptakan lingkungan tenang.
Rasional: Aktivitas yang
kontinu dapat meningkatkan TIK.
7)
Berikan obat/terapi sesuai
program medik: antikoagulan, vasodilator, antihipertensi.
Rasional: Meningkatkan
aliran darah serebral yang selanjutnya dapat mencegah emboli dan trombus.
Post Operasi
a.
DP.1. Risti
hipoglikemi/hiperglikemi berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin.
Hasil
yang diharapkan:
-
Tidak terjadi
hipoglikemi/hiperglikemi.
-
Kadar gula darah dalam batas
normal (GDS < 140).
Intervensi:
1)
Observasi dan kaji tanda
hipo/hiperglikemia, hipoglikemi: pucat, keringat dingin, gemetaran, palpitasi;
hiperglikemi: poliuri, polidipsi, poliphagia, penglihatan kabur, pusing.
Rasional: Reaksi insulin
dapat terjadi secara tiba-tiba yaitu: hipo/hiperglikemi yang dapat berakibat
fatal.
2)
Kaji membran mukosa yang
kering, turgor kulit.
Rasional: Hiperglikemi akan
menyebabkan dehidrasi karena hiperosmolar.
3)
Monitor tingkat glukosa, kadar
aseton dalam urine dan catat berat jenis urine setiap hari.
Rasional: Untuk memonitor
respon tubuh klien.
4)
Beri dan pertahankan pemberian
cairan melalui IV.
Rasional: Cairan sebagai
pengganti untuk mencegah peningkatan lebih lanjut kadar glukosa darah dan
mengganti sodium pada ketoasidosis.
5)
Beri terapi medik sesuai
program (insulin atau terapi oral).
Rasional: Insulin akan
meningkat pada sel yang menyebabkan penurunan glukoneogenesis.
6)
Lakukan cek gula darah sesuai
pesanan medik.
Rasional: Sebagai
data/indikasi pemberian terapi.
b.
DP.2. Nyeri berhubungan dengan
adanya ulkus.
Hasil
yang diharapkan:
Klien
dapat mengontrol nyeri atau nyeri berkurang ditandai dengan menunjukan keadaan
rileks dan dapat tidur serta istirahat dengan tenang, dalam waktu 4 hari.
Intervensi:
1)
Kaji keluhan nyeri, lokasi,
frekuensi serta intensitas nyeri klien.
Rasional: Memberikan data
dasar untuk mengevaluasi kebutuhan.
2)
Anjurkan klien untuk
menginformasikan rasa nyeri.
Rasional: Untuk keperluan
dalam pemberian analgesik.
3)
Perhatikan kembali hal-hal yang
memberatkan atau meningkatkan nyeri.
Rasional: Menentukan
faktor-faktor pencetus atau meningkatkan rasa nyeri.
4)
Beri posisi yang nyaman bagi
klien dan anjurkan klien untuk tarik nafas dalam bila nyeri muncul.
Rasional: Meningkatkan
relaksasi dan mengurangi nyeri.
5)
Beri obat analgesik sesuai dengan
pesanan.
Rasional: Mengurangi rasa
nyeri.
c.
DP.3. Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan adanya ulkus, sirkulasi tidak adekuat.
Hasil
yang diharapkan:
Kerusakan
integritas kulit tidak menimbulkan infeksi ditandai dengan tidak ada tanda infeksi
dalam waktu 1 minggu.
Intervensi:
1)
Kaji keadaan luka setiap hari.
Rasional: Mengetahui adanya
perbaikan pada luka gangren.
2)
Rawat luka dengan menggunakan
teknik aseptik.
Rasional: Membantu proses
penyembuhan luka gangren.
3)
Letakkan bantal di atas betis
klien sehingga kedua tumit dapat terangkat.
Rasional: Mencegah
terjadinya penekanan pada tumit dan membantu melancarkan sirkulasi darah.
4)
Anjurkan klien untuk tidak
terlalu banyak menggerakkan kaki yang ada luka.
Rasional: Mencegah
terjadinya cedera pada luka.
5)
Beri obat untuk luka sesuai
dengan pesanan medik.
Rasional: Membantu proses
sirkulasi ke daerah luka sehingga mempercepat penyembuhan luka.
d.
DP.4. Intoleransi beraktivitas
berhubungan dengan badan lemas, adanya
ulkus.
Hasil
yang diharapkan:
Klien
dapat beraktivitas secara mandiri dalam waktu 4 hari ditandai dengan:
-
Klien dapat melakukan aktivitas
(ADL) secara mandiri.
-
Klien tidak lemah.
Intervensi:
1)
Kaji tanda-tanda vital: TD, N,
P, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Mengetahui kondisi
klien sehingga dapat mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan.
2)
Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas dan dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional: Membantu
klien dalam mencegah terjadinya kelelahan.
3)
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap seperti makan sendiri, minum sendiri.
Rasional: Mengidentifikasi
tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas.
4)
Anjurkan klien untuk berhenti
melakukan aktivitas bila merasa lemas dan anjurkan klien untuk beristirahat.
Rasional: Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
5)
Anjurkan klien untuk
menghabiskan makanan yang dihidangkan.
Rasional: Mencegah
hipoglikemi dan meningkatkan kekuatan.
e.
DP.5. Risti infeksi berhubungan
dengan tingginya glukosa darah, sirkulasi ke perifer kurang, adanya gangren.
Hasil yang diharapkan:
Klien tidak menunjukkan gejala infeksi yang ditandai dengan: suhu
normal (36-37oC), kultur darah negatif, leukosit < 11.000
UL.
Intervensi:
1)
Observasi tanda-tanda infeksi:
demam, nyeri dan kemerahan.
Rasional: Membantu
menentukan tindakan selanjutnya.
2)
Observasi keadaan kuli (gatal
dan baal).
Rasional: Mengamati
keadaan dan tindakan selanjutnya.
3)
Rawat luka dengan menggunakan
teknik aseptik.
Rasional: Mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
4)
Lakukan perawatan kulit,
massage daerah yang tertekan.
Rasional: Sirkulasi
perifer yang kurang dapat mengakibatkan infeksi pada kulit.
5)
Beri lotion pada kulit.
Rasional: Mengurangi
kekeringan pada kulit dan memberi kelembaban.
6)
Anjurkan klien untuk
membersihkan alat kelamin.
Rasional: Mencegah
terjadinya UTI.
f.
DP.6. Ketidakefektifan regimen
terapeutik tentang proses penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi.
Hasil yang diharapkan:
Pengetahuan
klien meningkat dalam waktu 2 hari dengan kriteria klien dapat menjelaskan
kembali tentang perawatan luka operasi, dan pencegahan-pencegahan yang harus
dilakukan.
Intervensi:
1)
Beri penjelasan dengan bahasa
yang mudah dimengerti.
Rasional: Bahasa yang mudah
dimengerti membantu dalam pemahaman klien.
2)
Jelaskan pada klien tentang
perawatan luka.
Rasional: Meningkatkan
pengetahuan/pemahaman klien tentang perawatan luka.
3)
Jelaskan pada klien pentingnya
pengobatan yang teratur.
Rasional: Mencegah
terjadinya hipo/hiperglikemia.
4)
Tekankan pentingnya aktivitas
dan latihan.
Rasional: Latihan
menstimulasi metabolisme karbohidrat, menstabilkan berat badan.
5)
Jelaskan pada klien pentingnya
melakukan perawatan kaki yang baik.
Rasional: Menambah
pengetahuan klien dan mencegah timbulnya luka baru.
6)
Jelaskan pada klien tentang
diit dan pentingnya mematuhi diit ang ditentukan.
Rasional: Mematuhi diit
perlu untuk mencegah terjadinya hipo/hiperglikemi.
7)
Libatkan keluarga dalam
perencanaan dan pengelolaan perawatan luka.
Rasional: Supaya perawatan
di rumah dapat dilakukan lebih efektif dan dilakukan secara mandiri oleh keluarga
dan klien.
8)
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian informasi kepada klien dan keluarga.
Rasional: Menambah
pengetahuan klien dan keluarga.
- Perencanaan Pulang
a.
Motivasi pasien untuk mematuhi
diit yang sudah ditetapkan yakni rendah glukosa, rendah lemak, dan tinggi serat
sebagai cara efektif untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan
kolesterol.
b.
Menjelaskan tanda-tanda
hipoglikemi (gula darah turun) seperti: mengantuk, bingung, lemas, keringat
dingin. Tanda-tanda hiperglikemi: sering BAK, merasa haus, sering lapar,
pandangan kabur.
c.
Menganjurkan pasien untuk
mengikuti latihan (olah raga seperti: jalan santai, bersepeda), dapat
menurunkan kadar gula darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
d.
Menganjurkan untuk
mempertahankan BB klien.
e.
Menganjurkan kontrol gula darah
dan tekanan darah pasien.
f.
Menjelaskan jangan menghentikan
terapi obat tanpa konsultasi dengan dokter.
g.
Menganjurkan untuk minum obat
secara teratur.
h.
Informasikan kepada klien
tentang perawatan kaki:
Ø Anjurkan klien untuk membersihkan kaki dengan sabun terutama di
sela-sela jari setiap hari.
Ø Potong kuku jari kaki mengikuti lengkungan jari, jangan memotong
kuku berbentuk lurus pada tepinya karena dapat menyebabkan tekanan pada
jari-jari yang berdekatan.
Ø Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang besar untuk mencegah
kerusakan kuku.
Ø Hindari merendam kaki berlama-lama, merendam dengan air panas.
Ø Gunakan pelembab untuk kulit yang kering.
Ø Pakai kaos kaki yang terbuat dari bahan yang berkualitas baik.
Ø Hindari menyilangkan kaki saat duduk.
Ø Anjurkan klien untuk melakukan latihan kaki untuk mempertahankan
sirkulasi.
i.
Informasikan kepada klien
mengenai alas kaki.
Ø Hindari berjalan tanpa alas kaki.
Ø Anjurkan klien untuk memakai sepatu yang pas, tidak sempit.
Ø Periksa sepatu setiap hari dari benda asing, bagian yang kasar.
Ø Hindari memakai kaos kaki yang sempit.
Ø Ganti sepatu bila sudah rusak.
Ø Gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap.
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Ny. S, umur 49 tahun, agama Islam, masuk PK Sint
Carolus, unit Lukas kamar 66-3 pada tanggal 28-7-2005 melalui UGD PK Sint
Carolus dengan diagnosa medik DM + Abses gluteas sinistra. Diagnosa medik saat
pengkajian: Post Debridement a/i ulcus Diabeticum. Keluhan utama klien masuk RS
yaitu: terdapat bisul pada bokong, badan terasa lemas, pusing, tidak nafsu
makan, dan nyeri pada daerah bokong sejak 1 minggu yang lalu. klien sudah
berobat ke dokter namun tidak menolong.
Klien mengatakan sudah menderita DM sejak 5 tahun yang
lalu. Klien mengatakan selalu rajin kontrol ke dokter dan tetap minum obat
secara teratur, namun klien tidak mematuhi diit yang dianjurkan oleh dokter,
dan tidak pernah rutin berolah raga. Dan klien pun menderita darah tinggi sejak
3 tahun yang lalu. Klien mengatakan sudah pernah menjalani operasi debridement
pada luka di bokong kiri dan kanan pada bulan September 2003.
Pada saat pengkajian KU: tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TD 130/70 mmHg, N: 60 x/mnt, S: 37,4oC, P: 22 x/mnt.
Terdapat ulcus pada bokong kiri dengan diameter + 4 cm x 5 cm x 10 cm.
Saat pengkajian klien sudah menjalani operasi debridement hari ke-VI. Klien
mengeluh badan terasa lemas, pusing, nyeri pada daerah luka di bokong kiri dan
klien pun diare sejak 1 hari yang lalu.
Pemeriksaan yang telah dilakukan selama dirawat di PK
Sint Carolus antara lain: tanggal 01-08-2005 pemeriksaan darah rutin: Hb 9,0
g/dl (normal: 12,0-18,0 g/dl), Ht 28% (normal 37-52%), leukosit 7.900 u/L
(normal 4.800-10.800 u/L), trombosit 440.000 mg/dl (normal 150.000-450.000
mg/dl). Pemeriksaan kurve harian tanggal 05-08-2005 jam 06.00: 466 mg/dl, jam
11.00 (PP): 496 mg/dl. Pemeriksaan faeces tanggal 04-08-2005 terdapat E.
Histolitica dalam bentuk kista. Terapi obat-obat yang didapat pasien adalah
Paracetamol 3x500 mg, Mecox 2x1 tab, OMZ 1x1 tab (AC), Hemobion 2x1 Cap, CTM
2x1 tab, Diabex 1x500 mg, Lacbon 3x1 tab, New Diatab 3x1 tab. Injeksi Actrapid
3x12 U (PC), Trichodazole 2x500 mg, Clanex 3x1 gram. Infus Potacol 12 jam/kolf.
Masalah yang ditemukan pada klien adalah perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh,resiko terjadinya hipo/hiperglikemia
berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin, perubahan pola eliminasi:diare
berhubungan dengan adanya E.Histolitica dalam faeces, Resti infeksi berhubungan
dengan tingginya kadar glukosa darah, gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan
dengan adanya ulkus, Resti terjadi perluasan kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan sirkulasi yang tidak adekuat, Regimen Terapeutik inefektif
berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian secara
langsung pada Ny. S dengan Post Debridement atas indikasi Ulcus Diabeticum di
unit Lukas PKSC, diperoleh persamaan dan perbedaan antara teori dengan kasus.
Hal tersebut dapat terlihat sebagai berikut:
1.
Pengkajian
Didapatkan bahwa penyebab utama
terjadinya DM pada Ny. S dikarenakan adanya faktor obesitas, kurangnya
aktivitas dan juga adanya pengaruh pola hidup klien. Sehingga klien pun telah
mengalami ulcus pada bokong kiri yang merupakan akibat lanjut dari Diabetes
Mellitus, yang telah diderita klien selama 5 tahun, ini timbul dikarenakan
ketidakpatuhan klien mengikuti diit yang telah dianjurkan dan juga karena
kurang pengetahuan klien mengenai proses penyakit dan pengobatan. Dari
pengkajian dapat diketahui bahwa klien menderita DM tipe II dengan komplikasi
lanjut hipertensi dan terjadinya ulcus pada bokong kiri. Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa penyebab DM tipe II adalah karena faktor usia,
obesitas, kurangnya aktivitas gaya hidup dan stres. Dan komplikasi vaskuler
jangka panjang dari diabetes melitus adalah mikroangiopati, yaitu dapat
mengakibatkan gangguan berupa nefropati, retinopati, dan neuropati dan
makroangiopati yang dapat menyebabkan hipertensi, CVD.
2.
Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan
yang timbul pada klien adalah perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
resiko terjadinya hipo/hiperglikemi, perubahan pola eliminasi :diare, resti
infeksi, gangguan rasa nyaman: nyeri, resti terjadinya perluasan kerusakan
integritas kulit, inefektif regimen terapeutik dan gangguan mobilitas fisik.
Hal ini sesuai dengan masalah keperawatan post operasi yang terdapat di teori,
yaitu resti hipo/hiperglikemi, nyeri, kerusakan integritas kulit, intoleransi
beraktivitas, resti terjadinya infeksi dan ketidakefektifan regimen terapeutik.
Masalah keperawatan perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh dan perubahan
pola eliminasi: diare tidak terdapat pada teori namun ditemukan pada klien
dikarenakan pada saat pengkajian ditemukan bahwa IMT klien 33;3(obesitas)dan
klien sedang diare dan dari hasil pemeriksaan lab terdapat tinja ditemukan
adanya E. Histolitica dalam bentuk kista.
3.
Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan pada
klien lebih difokuskan pada prioritas masalah keperawatan yang ada seperti observasi
tanda-tanda vital, pemenuhan kebutuhan dasar klien, penyuluhan-penyuluhan
mengenai pentingnya diit yang baik dan benar untuk menjaga kestabilan kadar
gula dalam darah, pencegahan terjadinya luka dan perawatan luka yang ditujukan
untuk mencegah terjadinya infeksi dan perluasan kerusakan kulit. Pentingnya
kontrol teratur, minum obat secara teratur dan aktivitas yang perlu dilakukan
oleh klien.
4.
Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Seluruh intervensi dapat
diterapkan pada klien mengingat klien dan keluarga cukup kooperatif dengan
perawat sehingga memudahkan perawat untuk berkomunikasi dengan klien dan
keluarga.
5.
Evaluasi Keperawatan
Pada saat melakukan evaluasi, masalah
keperawatan yang terdapat pada pasien masih belum teratasi secara keseluruhan,
ini dikarenakan keterbatasan waktu. Namun pada saat dilakukan penyuluhan klien
dan suami klien tampak memahami penjelasan dari perawat hal ini dapat dilihat
dari klien dan suami klien dapat mengulangi penjelasan yang telah diberikan
oleh perawat.
BAB V |
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan kasus di atas maka
penulis menyimpulkan bahwa: DM merupakan masalah penyakit yang serius yang bila
tidak ditangani dengan cepat dan benar bisa menyebabkan berbagai komplikasi
yang dapat mengganggu aktivitas hidup seseorang.
Seperti diketahui bahwa Diabetes Mellitus merupakan
suatu gangguan metabolisme yang dimanifestasikan oleh adanya intoleransi
terhadap glukosa yang bila tidak cepat ditangani akan menyebabkan hiperglikemi
sehingga menyebabkan terganggunya sirkulasi darah. Dan bila terjadi luka pada
penderita DM, proses penyembuhannya akan berjalan lama bahkan bisa terjadi
nekrose jaringan, seperti juga yang terjadi pada kasus nyata. Padahal hal ini
sesungguhnya bisa dicegah dengan patuh diit, olah raga teratur dan pengobatan
teratur. Maka agar hal ini bisa tercapai diperlukan peran perawat dalam
memberikan penyuluhan dan perawatan, meningkatkan upaya promotif dan preventif.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.
Alih bahasa: dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Black, Joice M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing Clinical
Management For Continuity of
Care. Fifth Edition, WB. Saunders Company.
Carpenito Lynda Juall,(1999),Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan,Alih bahasa : Monika Ester,SKp Edisi 2,Jakarta,EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Hardjasaputra Purwantu. Dr. (2002). Daftar Obat Indonesia,
Edisi 6, Jakarta, Grafidian Medipress.
Halloway,Nancy Meyer (1998).Medical Surgical Care Plans,Pennsylvania.Springhouse
Corporation.
Http://www.health.com.
Indonesia urutan ke-4 Penderita
Kencing Manis terbanyak Kamis, 09 Juni 2005.
Ignatavicius,
Donna D (1991). Medical Surgical Nursing. Philadelphia. W.B. Saunders
Company.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management and Clinical Problems. Fifth Edition, Philadelphia, Mosby
Company.
Luckmann and Sorensen’s, Medical Surgical Nursing.
Second Edition: USA, WB. Saunders Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar